Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese English French German Spain Italian Dutch

Kamis, 28 April 2011

5 JENIS PENGGOLONGAN OBAT APOTIK

Obat-obatan di apotik bermacam-macam sekali jenisnya, sehingga kadang-kadang kita merasa bingung untuk membelinya. nah buat saudaraku yang berbahagia, pada postingan kali ini saya ingin berbagi informasi mengenai penggolongan obat di apotik, sehingga dapat membantu kita dalam memilih obat . Secara umum obat apotik di golongkan menjadi 5 jenis yaitu :

1. Obat Bebas

Tanda : Lingkaran Hijau di kelilingi garis hitam (lihat gambar). Obat ini dapat di beli bebas di apotik tanpa resep dari dokter.


2. Obat Bebas Terbatas

Tanda : Lingkaran Biru di kelilingi garis hitam (lihat gambar)
Obat ini juga dapat di beli bebas di apotik tanpa resep dari dokter. Perbedaannya dengan obat bebas yaitu ada tanda peringatan di kemasan/kotak obat. contoh : awas obat keras baca aturan pakainya atau awas obat keras hanya untuk bagian luar.

3. Obat Keras

Tanda : Lingkaran Merah dikelilingi garis hitam, ada huruf “K” di dalam lingkaran tersebut (lihat gambar)
Obat ini diperoleh di apotik harus dengan resep dokter

4. Obat Psikotropika

Tanda : sama dengan obat keras
Obat ini juga diperoleh harus dengan resep dokter dan obat ini memiliki efek ketagihan, contohnya : diazepam. Pembeli harus melengkapi alamat ketika membeli obat jenis ini (biasanya ketika menebus resep akan ditanya oleh pegawai apotik).

5. Obat Narkotika

Tanda : lihat gambar
Obat ini harus dengan resep dokter. Pembeli  juga harus melengkapi alamat ketika membeli obat jenis ini (biasanya ketika menebus resep akan ditanya oleh pegawai apotik)

Sejarah Transfusi Darah


Ditulis oleh dr. Dwi Retnoningrum   



Transfusi darah merupakan proses pemindahan darah dari seorang yang sehat (donor) kepada seorang yang sakit (resipien), baik berupa darah lengkap maupun komponen darah. Sejarah transfusi darah berawal dari  pengetahuan mengenai darah itu sendiri, adanya pertanyaan mengenai apakah darah itu, bagaimana darah mengalir, bagaimana terbentuknya darah, dan banyak pertanyaan lainnya yang tidak terjawab.

Sejarah Penemuan Darah

Orang pertama yang menggambarkan sel darah merah adalah seorang biologis Belanda Jan Swammerdam (1637-1680) yang menggunakan mikroskop sederhana untuk meneliti darah dari seekor katak. Kemudian seorang doktor Belanda Anton van Leeuwenhoek (1632-1723) mendapatkan gambaran mikroskopis yang lebih tepat  pada tahun 1674 sehingga dapat memperkirakan ukuran sel darah merah 25.000 kali lebih kecil dibandingkan butiran pasir. Tahun 1878 ilmuan Jerman Paul Ehrlich (1854-1915) merumuskan cairan untuk pengecatan sel, dengan pengecatan Ehrlich menemukan gambaran sel darah putih dan mengidentifikasi dua tipe sel darah putih yaitu limfosit dan granulosit. Tahun 1959 seorang doktor Inggris Max Perutz menemukan struktur dari hemoglobin.


Sejarah Penemuan Sirkulasi darah

Pengetahuan mengenai sirkulasi darah pertama kali ditulis pada Ebers Papyrus (Abad ke-16 SM), pada papirus dituliskan hubungan antara jantung dan arteri, orang mesir berfikir udara masuk ke tubuh melalui mulut kedalam paru-paru dan jantung, dari jantung udara akan mengalir ke setiap arteri lainnya. 
Abad ke-2 Masehi, seorang ilmuan Yunani, Galen (129-217 M) mengetahui bahwa pembuluh darah membawa darah bukan udara.
Tahun 1242 seorang ahli Fisika Arab, Ibn Al-Nafis (1210-1288) menjadi orang pertama yang secara tepat menggambarkan proses sirkulasi darah pada tubuh manusia khususnya peredarah darah paru. Andreas Cesalpino (1519-1603) menggunakan istilah sirkulasi dan percaya bahwa vena dan arteri dihubungkan oleh jaringan vaskuler yang sangat kecil.
Akhirnya seorang ilmuan dari Inggris, William Harvey (1578-1657) pertama kali menggambarkan bahwa darah mengalir sepanjang pembuluh dalam satu arah. Ia menjadi guru tentang transfusi darah dan menerbitkan buku yang berjudul “Exercitatio Anatomica de Motu Cordis et Sanguinis in Animalibus”. Seorang ilmuan Italia Marcello Malpighi (1628-1694) melengkapi teori Harvey dan menemukan sistem kapiler yang menghubungkan arteri dan vena.

Sejarah transfusi darah

A.    Transfusi darah pada Hewan

Richard Lower (1631-1691) adalah orang pertama yang melakukan transfusi darah pada hewan yaitu pada seekor anjing, dengan menggunakan jarum suntik yang terbuat dari bulu angsa yang dirancang oleh Christopher Wren, dia menghubungkan vena jugularis seekor anjing ke arteri pada leher anjing lainnya.

B.    Transfusi darah dari Hewan ke manusia

 Tanggal 22 November 1666 Richard Lower bersama dr. Edmund King melakukan transfusi kepada Arthur Coga dengan menggunakan pipa yang membawa darah dari arteri karotis seekor domba ke vena resipien.
Dr. Jean Baptiste Denys (1640-1704) melakukan hal serupa dengan mentransfusikan darah domba ke seorang laki-laki 15 tahun yang menderita demam tanpa menimbulkan efek negatif pada pasien. Denis melakukan hal yang sama pada beberapa pasien lainnya sampai tragedi meninggalnya  Antoine Mauroy.
     
C.    Transfusi darah dari manusia ke manusia

 Transfusi darah dari manusia ke manusia pertama kali dilakukan oleh James Blundell (1790-1877) seorang ahli kebidanan. Ia kemudian mendapat gelar “the father of modern blood transfusion” Atara 1818 sampai 1829 ia melakukan sepuluh transfusi dengan darah manusia, akan tetapi tidak lebih dari empat yang sukses, bahkan dua orang diantaranya meninggal ketika dilakukan transfusi. Transfusi pertama yang sukses dilakukan adalah kepada seorang wanita yang mengalami perdarahan post partum berat dan kemudian diberikan delapan ons darah asistennya. Dikarenakan angka kegagalan transfusi yang tinggi banyak orang menganggap prosedur ini berbahaya.
Penemuan golongan darah ABO oleh Karl Landsteiner (1868-1943) seorang ilmuan Austria pada tahun 1901 di Vienna memberikan jawaban atas reaksi transfusi yang terjadi sebelumnya.
Landsteiner menemukan golongan darah ABO dengan mencampurkan sel darah merah dan serum tiap stafnya, dari eksperimennya diidentifikasi 3 golongan yang disebut golongan A, B dan C (yang kemudian diganti nama menjadi golongan O). Golongan darah AB ditemukan setahun kemudian oleh Alfred von Decastello dan Adriano Struli.
 Ludwig Hektoen di Chicago pertama kali merekomendasikan pemeriksaan golongan darah antara donor dan resipien untuk mengetahui ketidakcocokan golongan darah sebelum transfusi. Dr. Reuben Ottenberg (1882-1959) di Mount Sinai Hospital New York melakukan uji cocok serasi (crossmatching) untuk transfusi dan pertama kali meyakinkan bahwa pewarisan golongan darah sesuai hukum Mendel.

D.    Transfusi darah selama perang dunia

Saat perang dunia pertama dan kedua ilmuan berfikir untuk melakukan penyimpanan darah. Peneliti Albert Hustin dari Brussel dan Luis Agote menemukan penambahan citrat ke dalam darah untuk mencegah pembekuan darah pada tahun 1914. Setahun kemudian Richard Lewisohn (1875-1961) menentukan rumus konsentrasi optimum dari natrium sitrat pada darah donor dan Richard Weil menemukan bahwa darah citrat dapat disimpan pada pendingin selama beberapa hari. Tahun 1916 Francis Peyton Rous dan J.R. Turner menambahkan glukosa sebagai energi untuk sel darah merah selama disimpan.
Donor darah sukarela pertama kali dilakukan tahun 1922 oleh Percy Lane Oliver (1878-1944), ia merekrut para sukarelawan yang setuju untuk mendonorkan darahnya, dilakukan skrining penyakit dan pemeriksaan golongan darah. Selama perang dunia I seorang dokter bedah Canada, dr. Norman Bethune, mendirikan pelayanan transfusi darah dengan menyimpan darah dalam botol yang merupakan cikal bakal terbentuknya bank darah. Bernadus Fantus (1874-1940) mendirikan bank darah pertama di Amerika Serikat pada tahun 1937.
Tahun 1940 dr. Philip Levine (1900-1987) bersama Karl Lansteiner dan Alexander Weiner (1907-1976) menemukan golongan darah Rh yang berhubungan dengan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir oleh karena antibodi ibu. Tahun 1943 John Loutit dan Patrick Mollison menggunakan acid-citrate-dextrose (ACD) sebagai antikoagulan untuk penyimpanan darah yang dapat meningkatkan masa simpan darah selama 21 hari. Tahun 1945 seorang Profesor Inggris Robin Coombs (1921-2006) menemukan tes antiglobulin yang saat ini dikenal sebagai “Coombs test”

E.    Transfusi darah pada masa kini

Enam puluh tahun terakhir terjadi perkembangan pada bidang transfusi darah. Pada awal abad ke 20 darah disimpan dalam botol gelas yang digunakan kembali (reuseable), banyak reaksi akibat kontaminasi bakteri maupun kejadian emboli udara pada transfusi. Pada tahun 1949 penggunaan kantong darah dari plastik sekali pakai (disposible) dikenalkan oleh Palang Merah Amerika. Penggunaan antikoagulan Citrate Phosphate Dextrose (CPD) dapat meningkatkan masa simpan darah selama 28 hari. CPDA-1 (Citrate Phosphate Dextrose Adenine) yang dikembangkan tahun 1979 dapat meningkatkan masa simpan darah selama 35 hari dan CPDA-2 pada tahun 1980-an sampai 42 hari.
Dr. Judith Graham Pool (1919-1975) menemukan cryoprecipitasi tahun 1965, dengan proses ini dapat diperoleh faktor pembekuan (khususnya faktor VIII) yang dapat diberikan untuk pasien hemofilia.
Tahun 1969 S. Murphy dan F. Gardner menunjukkan penerapan penyimpanan trombosit pada termperatur ruang. Tahun 1971 dr. Baruch Blumberg mengidentifikasi substansi Hepatitis B dan pemeriksaan terhadap Hepatitis B surface antigen (HBsAg) pada darah donor mulai dilakukan.
Tahun 1981 ditemukan kumpulan gejala yang disebut GRID (Gay-related Immunodeficiency Disease) karena ditemukan pada kaum gay pria, gejala ini kemudian dinamakan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Tahun 1983 Dr. Luc Montagnier (1932-sekarang) mengisolasi virus penyebab AIDS yang kemudian oleh dr. Robert Gallo pada tahun 1984 disebut sebagai HTLV-III (Human T-cell Lymphotropic Virus). Setelah terjadinya infeksi AIDS dari transfusi darah, tahun 1985 dilakukan pemeriksaan antibodi HIV pada darah donor.
Tahun 1990 ditemukan tes spesifik untuk hepatitis C sebagai penyebab hepatitis non A, non B. Tahun 1987–2008 serial tes berkembang dalam skrining darah donor dari penyakit-penyakit infeksi. Untuk mendeteksi hepatitis B digunakan tes HBsAg, untuk deteksi hepatitis C digunakan tes Anti-HCV, untuk mendeteksi sifilis dengan VDRL atau TPHA dan untuk mendeteksi HIV dengan tes Elisa untuk mengetahui adanya Anti-HIV1 atau Anti-HIV2 atau dengan mendeteksi antigen HIV p24. Saat ini dapat dilakukan pemeriksaan NAT (Nucleic Acid Amplification Testing) yang dapat secara langsung mendeteksi material genetik dari virus seperti HCV dan HIV.

REFERENSI
1.    Kaadan AN, Angrini M. Blood transfusion history. Allepo University, Syiria. 2009.
2.    Learoyd. A short hystory of blood transfusion history. National Blood Service. 2006
3.    Seeber P, Shander A. Basic of blood management. Blackwell publishing. Australia. 2007.